Selasa, Mei 05, 2009

PENELITIAN HADITS “LAA TAS`AL AL-IMAARAH”

PENELITIAN HADITS “LAA TAS`AL AL-IMAARAH”
( لا تســـأل الإمــــارة … رواه المــــسلم )
Oleh : Muhammad Rahmatullah

A. PENDAHULUAN
Hadits Nabi Saw. adalah sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al-Qur’an. Ditinjau dari segi periwayatannya, hadits Nabi Saw berbeda dengan Al-Qur’an. Untuk mengetahui apakah hadits tersebut berasal dari Nabi Saw. atau tidak, maka perlu adanya suatu penelitan terhadap hadits tersebut. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui keotentikannya atau keorisinilannya serta sejauh mana periwayatannya dapat dipertanggung-jawabkan, baik dari segi sanad (periwayatannya) maupun matannya (materinya).
Hal ini diperlukan, mengingat pada dasarnya hadits-hadits yang ditulis dalam beraneka macam Kitab Hadits, yang beraneka macam metode atau sitematika penulisannya itu berupaya mengungkapkan bahasa lisan, perbuatan dan taqrir Nabi Saw. -- yang pada saat itu belum dibukukuan -- menjadi bahasa tulisan. Pada masa itu Nabi Saw. mengucapkan, melakukan dan menetapkan segala sesuatu yang bersifat informal (uswatun hasanah) yang disaksikan oleh para sahabat yang tidak menutup kemungkinan adanya salah menafsirkan atau interpretasi terhadap hadits Nabi tersebut atau hadits tersebut diungkapkan dengan bahasa yang tidak sama dengan bahasa Nabi Saw. dan tidak seluruh hadits tertulis pada zaman Nabi Saw. serta adanya hadits-hadits palsu bahkan adanya periwayatan hadits secara makna. Inilah yang melatarbelakangi perlunya penelitian hadits.
Hadits adalah sumber hukum Islam yang kedua sesudah al-Qur’an, maka perlu adanya penelitian terhadap Hadits Nabi Saw. yang akan kita jadikan hujjah; apakah hadis tersebut dapat kita jadikan sebagai hujjah atau tidak.
Dalam rangka praktek penelitian hadits, penulis merasa tertarik untuk meneliti satu hadits tentang “Larangan Meminta Jabatan” (لا تســـأل الإمــــارة ). Karena kurangnya pengalaman penulis dan keterbatasan waktu, maka penelitian ini hanya meliputi penelitian sanadnya saja, yang dilakukan terhadap satu mata rantai dari Imam Muslim.
Setelah diadakan takhrij, ternyata hadits yang dimaksud terdapat dalam berbagai kitab Hadits. Ditemukan bahwa hadits-hadits tersebut terdapat dalam :
1. Shahih Muslim, Juz III dalam Kitab Al-Imaarah
2. Shahih Al-Bukhari, Juz VII dalam Kitab Al-Ahkaam
3. Sunan Abu Dawud, Juz II dalam Kitab Al-Kharaj Al-Fai wa Al-Imaarah
4. Sunan Al-Tirmizi, Juz IV
5. Sunan Al-Nasaa’iy, Juz VIII dalam Kitab Adab Al-Qudat
6. Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz V


B. TEKS HADITS
حدثـنا شيــبان بن فـروخ حدثـنا جـرير بن حازم حدثـنا الحســن حدثـنا عبد الرحمن ابن سمـرة قال : قال لى رسول الله : " يا عبد الرحمن ! لا تســـــأل الإمــــــارة فإنك إن أعطيـتــها عـن مسألــة أكلت إليـــها و إن أعطيـتـــها عن غير مسألــة أعــنت عليــــها "
( ج.1 ص.1457 كتاب الإمــارة. باب }3{ حـــديث 31)


C. BAGAN SANAD HADITS
Riwayat Hadits di atas diawali dengan Haddatsana, yang menyatakan kata itu adalah Imam Muslim, penyusun kitab Shahih Muslim. Karena Imam Muslim sebagai Mukharrijul Hadits, maka dia dalam hal ini berkedudukan sebagai periwayat terakhir untuk hadits yang dikutip di atas.
Lambang-lambang periwayatan yang terdapat dalam hadits di atas adalah : Haddatsanaa. Itu berarti metode periwayatan yang digunakan oleh para periwayat dalam sanad hadits tersebut adalah Al-Asma’ , yakni penerimaan hadits dengan cara mendengar langsung lafazh hadits dari gurunya.
Penelitian hadits dalam makalah ini hanya pada satu mata rantai sanad saja, dimulai dari periwayat terakhir, yaitu Imam Muslim hingga Abd. Rahman bin Samurah. Dalam mengemukakan riwayat, Imam Muslim menyandarkan riwayatnya kepada Syaiban bin Farukh, maka dengan demikian Syaiban bin Farukh adalah sanad pertama, sedangkan sanad terakhir adalah Abd. Rahman bin Samurah, yakni periwayat pertama dalam hadits tersebut.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat bagan dibawah ini :

BAGAN SANAD HADITS


رسول الله
قـال
عبد الرحمن بن سمـرة
حدثــنا
الـحــــــــسن
حدثــنا
جـــرير بن حازم
حدثــنا
شيـــبان بن فــروخ
حدثــنا
المـــــــسلم
مخــــــــــــــــرج


= Terjadi hubungan guru-murid, sedikitnya hubungan sezaman

= Periwayat pertama hingga periwayat terakhir (mukharrij)



D. KUALITAS PERIWAYATAN DAN PERSAMBUNGAN SANAD
1. IMAM MUSLIM
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusyairi Al-Naisaburi. Lahir 206 (821) dan wafat di Naisabur 261 (874).
Gurunya antara lain : Yahya bin Yahya Al-Naisaburi, Syaiban bin Farukh, Muhammad bin Mahran, Ahmad bin Hambal, Ishaq Ibnu Rahawaih, dan beberapa orang lainnya. Muridnya antara lain : Imam Al-Turmudzi, Ibn Khuzaimah, Abdurrahman ibn Abi Hatim, Ahmad bin Salamah, dan lain-lain.
Para ulama sepakat atas keimamannya dalam Hadits dan kedalaman pengetahuannya tentang periwayatan hadits. Imam Muslim dinilai Tsiqah oleh para ulama seperti Ibn Abi Hatim. Oleh karena ia sangat terkenal dan merupakan periwayat hadits yang dhabit dan tsiqah, maka penelitian lebih mendetil terhadapnya tidak diperlukan.

2. SYAIBAN BIN FARUKH
Nama lengkapnya adalah Syaiban bin Abi Syaibah Al- Habatiy. Lahir 140 (757) dan wafat 235 (849)
Gurunya antara lain : Jarir bin Hazim, Mahdi bin Maimun, Abd. Waarits bin Sa’id, dll. Sedangkan muridnya antara lain : Zakariya bin Yahya, Al-Hasan bin Sufyan, Abdullah bin Ahmad, Usman Al-Darimiy, dll.
Penilaian Para Kritikus Hadits terhadapnya :
Ahmad bin Sa’id menyatakan bahwa ia Thiqah, Abu Syaikh dari ‘Abdan Al-Ahwazi menilainya Atsbat, Abu Zutr’ah menilainya shuduq, Abu al-Syaikh menyatakan Atsbat al-Nas. Dari penilaian dan komentar ulama di atas tidak ada yang mencelanya, dengan demikian ia adil dhabit.
Dilihat dari selisih tahun, ketika Syaiban bin Farukh meninggal Imam Muslim berumur lebih kurang 29 tahun, sehingga dimungkinkan keduanya bertemu.

3. JARIIR BIN HAAZIM
Nama lengkapnya adalah Jariir bin Haazim bin Abdullah bin Syuja’ Al-Azdiy, ada yang mengatakan Al-‘Itkiy atau Al-Jahdhawi. Wafat 175 (791)
Gurunya antara lain : Abu Thufail, Abu Raja’ Al-‘Itharadiy, Al-Hasan., Ayub, Yunus bin Yazid, dan lainnya. Muridnya antara lain : Al-Thauri, Yahya bin Said Al-Qattan, Muslim bin Ibrahim, Syaiban bin Farukh dan lainnya.
Penilaian Para Kritikus Hadits terhadap tokoh ini agak bervariasi yaitu, Al-Nasai dan Abdullah ibn Ahmad menyatakan Laisa bihi Ba’sun. Sedangkan ‘Utsman al-Darimy, Ibnu Sa’ad dan Ibnu Hibban mengatakan Thiqah. Abu Hatim menilainya Shuduq. Serta Abu Hilal menilainya Shuduq Shalih . Dengan demikian dapatlah kita katakan bahwa ia Adl Dhabit.
Dinyatakan dalam Tahdzib al-Tahdzib bahwa Syaiban bin Farukh adalah murid Jarir bin Hazim. Dengan demikian persambungan sanad antara keduanya sudah jelas.

4. AL-HASAN
Nama lengkapnya adalah Al-Hasan bin Abi Al-Hasan Yasar Al-Bashriy Abu Said (kemudian disebut Al-Hasan Al-Bashri). Lahir 21 (641) dan wafat 110 (728)
Gurunya antara lain : Abu Hurairah, Amru bin Ash, Ibn Umar, Ibnu Abbas, Muawiyah, Usman bin ‘Al-‘Asha, Ali bin Abi Thalib. Muridnya antara lain : Hamid Al-Thuwail,Yazid bin Abi Maryam, Ayub, Sa’id Al-Jaririy, Qatadah, Jarir bin Hazim.
Penilaian Para Kritikus Hadits dapat dilihat sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibn al- Madani, bahwa ia adalah Tsiqah, Sahhah, apa yang diriwayatkannya tepat, tidak ada yang tercecer. Abu Zur’ah mengatakan Tsabit. Muhammad ibn Saad mengungkapkan Jami’an, ‘Aliman, Rafi’an, Faqihan dan Tsiqah. Sedangkan Ghalib Al-Qattan mengatakan Hasan A’lam Al-‘Alim.
Kata Al-Dzahabi, bila Hasan meriwayatkan Hadits dengan memakai Haddatsana, maka ulama sepakat menilai Al-Hasan sebagai Tsiqat. Hubungan periwayatan dengan Jarir bin Hazim benar bersambung, karena Jarir adalah salah seorang muridnya.
5. ABD. AL-RAHMAN BIN SAMURAH
Nama lengkapnya adalah Abd. Al-Rahman bin Samurah bin Habib bin ‘Abd Syam al-‘Absyamiy. Sedangkan nama aslinya Abd. Al-Ka’bah, kemudian Rasulullah memberinya nama Abd. Rachman. Dia masuk Islam pada peristiwa Fathu Makkah (8 H). Pada tahun 42 H. dia bergabung dalam pasukan untuk menyerang Sijistan dan bersamanya pula saat itu Al-Hasan Al-Basri.
Dia meriwayatkan hadits antara lain langsung dari Nabi Muhammad Saw., Mu’adz bin Jabal. Muridnya dalam periwayatan hadits antara lain Hibban ibn ‘Umair, Abdurrahman ibn Laila dan Al-Hasan Al-Bashri dan lain-lain.
Dari data tersebut di atas, dapat diketahui bersambungnya sanad Al-Hasan dengan Abd. Rahman bin Samurah (dinyatakan sebagai muridnya dan bertemu dalam penaklukan Sijistin). Dan Abd. Rahman sendiri dinyatakan pernah menerima hadits langsung dari Nabi Saw.


E. PENUTUP
Bila kita perhatikan seluruh sanad tresebut di atas, mulai dari Syaiban bin Farukh sampai Abd. Rachman bin Samurah, maka dapat dipastikan bahwa sanadnya bersambung kepada Nabi Saw. Dapat dipastikan bahwa seluruh periwayat dalam sanad antara satu dengan lainnya, benar-benar telah terjadi hubungan periwayatan hadits, hal itu dikarenakan semua perwawi menggunakan kata Haddatsana, ini berarti periwayatannya dilakukan secara Al-Asma’, yaitu dari periwayat terakhir (Imam Muslim) mendengar langsung dari gurunya, demikian seterusnya hingga sampai pada Abd. Rahman bin Samurah yang mendengar langsung dari Rasulullah Saw.
Dari segi kualitas Rijal al-Hadits, penilaian para kritukus hadits terhadap periwayatannya bersifat Dhabit dan Tsiqah (Adil dan Dhabit).
Dengan dasar-dasar tersebut di atas sangat kecil kemungkinan bahwa hadits ini mengandung Syudzudz (kejanggalan) ataupun ‘Illat (cacat). Karena jika sanadnya bersambung dan para perawinya Thiqah (Dhabit) telah dicapai, niscaya unsur terhidar dari Syudzudz dan Illat telah terpenuhi juga. Oleh karena itu dapatlah dikatakan bahwa sanad hadits tersebut berkualitas Shahih Lii Zaatih.






DAFTAR PUSTAKA


Al-Asqalani, Ahmad bin Ali bin Hajar. Al-Ishabah fii Tamyiiz Al-Shahaabah. Beirut : Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah.
_______ Tahdziib Al-Tahdzib. Beirut : Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah.
Al-‘Azami, Muhammad Mustafa. Studies in Hadiith Methodology and Literature. Kuala Lumpur : Islamic Book Trust. 1977.
Al-Bindaarii, Abd. Al-Ghaffaar Sulaiman dkk. Mausuu’ah Rijal Al-Kutub Al-Tis’ah. Beirut : Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah. 1993.
Al-Bukhari, Abu ‘Abdillah Muhammad bin Isma’il. Shahih Al-Bukhariy. Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah.
Ibn Al-Asir, ‘Izz Al-Diin Abu Al-Hasan ‘Aliy. Usud Al-Ghaabah fii Ma’rifat Al-Shahabah. Beirut : Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah. 1994.
Ismail, M. Syuhudi, Metodologi Penelitian Hadits. Jakarta : Bulan Bintang. 1992.
_______ Kaedah Kesahihan Sanad Hadits Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah. Jakarta : Bulan Bintang. 1995
Ibn Hanbal, Abu Abdullah Ahmad. Musnad Ahmad bin Hanbal. Beirut : Al-Maktab Al-Islaamiy. 1978.
Al-Nasa’iy, Abu ‘Abd. Al-Rahman Ahmad bin Syu’aib. Sunan Nasa’iy. Beirut : Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah.
Al-Qusyairiy, Abu Husain Muslim bin al- Hajjaj. Al-Jami’ al-ShahIh.
Al-Raazii, Abu Muhammad bin Abd. Al-Rahmaan bin Abiy Hatim. Kitab Al-Jarh wa Al-Ta’diil. Beirut : Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah. 1994.
Al-Shalih, Subhi. ‘Ulum Al-Hadiits wa Mushthalahuh. Beirut : Daar Al-‘Ilm Al-Malayin. 1977.
Al-Sijistaniy, Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’as. Sunan Abiy Dawud. Beirut : Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah.
Al-Turmuzi, Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa. Sunan Al-Turmuziy. Beirut : Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah.
Al-Tahhan, Mahmud. Metode Tahrij dan Penelitian Sanad. Terj. Ridlwan Nasir. Surabaya : Bina Ilmu. 1995.
Wensinck, A.J. Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfaadz Al-Hadiits Al-Nabwiy. Leiden : E.J. Brill. 1936
Al-Zahabiy, Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ahmad. Miizaan Al-‘I’tidaal fii Naqd Al-Rijaal. Beirut : Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar